gravatar

GADDAFI KAYA RAYA, RAMPAS HAK RAKYAT

Libya menyumbang 2,1 persen produksi minyak dunia. Krisis politik telah menyebabkan setengah produksinya berhenti. Hilangnya satu persen pasokan minyak dunia sudah cukup membuat para pialang bursa minyak dunia was-was, mengingat cadangan pasokan minyak dunia hanya 4,5 juta barel per hari. Harga minyak dunia langsung melambung menembus angka psikologis 100 dolar AS per barel. Itulah pengaruh Libya terhadap dunia. Sedikit banyak, itu pula kekuatan seorang Qadafi.

 Sejarah resmi Qadafi tertuang dalam Kitab Hijau (The Green Book), dasar filosofi Bangsa Libya yang diambil dari kisah dan pemikiran Qadafi. Namun, di buku itu Qadafi tentu saja tak mencantumkan bab khusus mengenai kekayaannya atau kiat-kiat bagaimana keluarganya mampu mengumpulkan pundi-pundi harta dari minyak Libya.

Rakyat Libya hanya mengetahui jika Qadafi dan keluarga memiliki bisnis di berbagai belahan dunia dan hasil bisnis itu kemudian dikucurkan bagi mereka lewat negara atau lembaga sosial. Alhasil, semua rakyat senang, semua tenang.

Tapi, ketenangan semu itu mencapai titik nadir pada awal 2011 lalu. Inflasi yang mengakibatkan kenaikan harga bahan pangan menyebabkan sejumlah masyarakat mengalami keresahan. Di pihak lain Qadafi masih hidup senang bergelimang uang. Sementara kawasan Arab sedang terbakar oleh Revolusi Melati di Tunisia yang telah merembet ke Mesir. Gejolak sosial dan politik di negeri berpenduduk 6,5 juta jiwa itu menjadi pemicu terkuaknya sejumlah informasi tentang asal muasal kekayaan Qaddafi.

Sejarah Qadafi yang dinilai Sounders penuh pemutar-balikan fakta mulai menemukan jalan sebenarnya. ''Sejalan dengan tumbangnya pemimpin besar, segala misteri sejarah akan mulai keluar dari permukaan padang pasir,'' ungkap Saunders ketika membuka artikelnya di The Globe Mail yang bertajuk  'The Business of Doing Business in Gadhafi’s Oil Kingdom' (Lika Liku Bisnis di Kerajaan Minyak Qadafi).

Dalam tulisannya, peraih tiga National Newspaper Award, penghargaan jurnalistik Kanada yang setara dengan Pulitzer di Amerika Serikat, itu coba membuka sejumlah fakta di balik sepak terjang Qadafi sebagai pemimpin sekaligus pengusaha sukses. Selama memimpin Libya, sang 'Anjing Galak'—-begitu negara Barat menjuluki Qadafi—-konon mampu menimbun harta yang ditaksir mencapai 20 miliar dollar AS atau sekitar Rp 180 triliun.

Angka ini tentu tidak terlepas dari produksi minyak Libya yang mencapai kisaran 1,6 juta barel per hari. Bekal itu, kata Saunders, yang kemudian dimanfaatkan Qadafi sebagai alat tawar-menawar dengan investor asing. ''Dan pada akhirnya, para investor dari luar Libya menjalin kerjasama dengan kerajaan aneh itu (keluarga Qadafi). Mereka semua dapat hidup mewah dengan syarat menutup mulut,'' katanya.

Aksi tutup mulut investor ini yang kemudian membuat rakyatnya tidak menyadari kehadiran Qadafi hampir di seluruh ladang minyak yang membentang di hamparan padang pasir luas di Libya. Tidak hanya tertutup, Qadafi juga memiliki strategi khusus yang membuat tangannya terlihat bersih dari segala intrik usaha.

''Berbisnis dengan Qadafi selalu personal. Mereka tidak pernah terjun langsung tanpa keterlibatan perantara. Dan suatu yang pasti, berbisnis dengan mereka selalu melibatkan uang yang besar,'' ungkap Saunders.

Tidak hanya menguasai sektor hulu minyak atau produksi, keluarga Qadafi juga memiliki usaha di hilir yang meliputi bidang distribusi, penjualan ritel, dan penyimpanan minyak. Sejumlah pusat pengisian bahan bakar di Eropa menjadi kepanjangan tangannya. Pada tahun 1988 Qadafi mendirikan Tamoil, perusahaan produksi dan penjualan minyak Eropa yang punya nama resmi Oilinvest (Netherlands) BV Group dan berkantor pusat di Ridderkerk, Belanda.

Tamoil mempunyai kilang minyak di Cremona (Italia), Hamburg (Jerman), dan Collombey (Swiss) dan berbagai pusat distribusi di Italia, Jerman, Swiss, Belanda, Spanyol, Siprus, dan Monako. Di Belanda saja, Tamoil mempunyai 160 stasiun pengisian bahan bakar. Di Eropa, Tamoil mengoperasikan 2.811 stasiun pengisian bahan bakar yang sebagian besar berada di Italia, menjadikannya pemain minyak nomor satu di negeri Pizza itu.

Italia tercatat mengambil 38 persen ekspor minyak Libya dan tentu saja sebagian mengalir ke pengilangan Tamoil di Cremona. Dari distribusi minyak di benua biru, Tamoil mampu menghasilkan keuntungan sebesar 7,5 miliar dolar AS per tahun. Sebagian keuntungan itu tentu saja mengucur ke kas keluarga Qadafi.

Segala usaha di Libya dan Eropa tak pelak membuat Qadafi menjadi tipikal raja minyak Arab yang selalu bergelimang dolar. Tidak heran jika situs Wikileaks memprediksi angka kekayaan Qadafi lebih tinggi dibanding angka 20 miliar dolar AS yang selama ini sering disebut-sebut itu. Angka yang berbanding terbalik dengan nasib rakyat Libya yang sebagian berada dalam kondisi ekonomi pas-pasan.

Segala kisah perjalanan bisnis Qadafi hanya bisa jadi mimpi bagi warga Tripoli, Zawiyah, maupun Benghazi. Bagi dunia, minyak Libya dengan Qadafi di dalamnya tak bisa dianggap enteng. Sebagai eksportir minyak nomor 12 dunia, posisi Libya sangat penting bagi Eropa. Italia, Jerman, dan Prancis mengonsumsi lebih dari setengah produksi minyak negeri itu.(republika.co.id, Kamis, 03 Maret 2011)

dalam Islam adalah minyak adalah salah satu kekayaan negara yang menjadi kepemilikan umum untuk umat. Rasulullah saw bersabda:

«الْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِي ثَلاَثٍ فِي الْمَاءِ وَالْكَلإِ وَالنَّارِ وَثَمَنُهُ حَرَامٌ»

Kaum muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput dan api, dan harganya haram (HR Ibn Majah)

Kata an-nâr (api) mencakup semua jenis energi yang seperti minyak, gas, listrik atau energi lainnya yang digunakan sebagai sumber energi di rumah, industri, kendaraan, mesin dan peralatan lainnya. jadi sangatlah menympang dari ketentuan islam jika minyak di libya hanya dinikmati hasilnya oleh Gaddafi sedang rakyatnya hidup dalam Krisis. (miaubook)

Photobucket

catatan-catatan

Video Streaming HTI

Kitab-kitab Gratis

Photobucket