gravatar

Muhasabah Politik Oleh Aktifis Tarbiyah kepada PKS

Saudara-2 ku seiman dan seagama, sekali lagi saya tegaskan bahwa tidak ada niatan sedikitpun untuk menghujat atau menghakimi orang2 atau partai2 tertentu. Akan tetapi leibih untuk mengkritisi keadaan yang ada di sekeliling kita, karena kita telah dan akan memilih. Yang lebih penting lagi adalah bahwa kita kelak akan dihadapkan kepada Mahkamah Alloh swt untuk dimintai pertanggung jawaban, jika kita mau selamat tentu kita harus tunduk dan taat kepada Nya.

Oleh karena itu saya secara pribadi menanggapinya dengan wajar bahkah menjadi kewajban bagi kita untuk senantiasa melakukan muhasabah, lebih2 kepada saudara2 kita sendiri untuk selalu istiqomah kepada Islam.

Sepanjang yang saya tahu, ust Fathuddin Ja'far dan ust Ihsan Tanjung beliau2 adalah para aktivis tarbiyah, yang notabene adalah cikal bakal berdirinya Partai Keadilan (PK) yang sekarang berubah jadi PKS. Sehingga beliau2 tahu betul untuk apa partai ini didirikan, arah dan perjuangannya seperti apa. Dan kalau beliau2 mengkritisi berjalannya partai ini, itu tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka muhasabah tadi. Sebagai kader dan umumnya kader kelompok dakwah apapun, jika merasa ada yang ganjil pastilah melakukan muhasabah secara internal terlebih dahulu sebelum melakukannya secara terbuka. Saya yakin petinggi2 partai juga tahu itu. Wallohu a'lam.

Akhirnya semuanya tergantung dari diri kita masing2 untuk bisa memahaminya dengan baik dan bijak, dan silakan saudara2ku yang menilai sendiri karna setiap jiwa ini telah Alloh berikan akal yang mampu digunakan untuk membedakan antara yang haq dan yang bathil.

Ada beberapa hal yang perlu kita cermati dalam memahami perjalanan dakwah ini, yaitu menjadikan Rasul saw sebagai tolok ukur, karena nash2 syara' memang mengharuskan demikian dan faktanya Beliau saw berhasil dengan gemilang. Oleh karena itu ada hal2 yang ingin saya kritisi atas penggunaan dalil dari koalisi antara partai Islam dan partai sekuler ini.

Sesungguhnya peristiwa hijrah Rasul saw yang membayar orang musyrik sebagai penunjuk jalan, menghadapnya kiblat ke masjidil haram, perjanjian hudaibiyah, dan peristiwa2 yang terjadi pada masa2 nabi sebelum Rasul saw tidak dapat dijadikan hujah sebagai dalil untuk koalisi, mengapa?

1. Jika kita perhatikan secaa detail, jernih dari peristiwa hijrahnya Rasul yang menggunakan jasa orang musyrik yaitu Abdullah bin Uraiqith, maka peristiwa tersebut tidak lain adalah akad pekerjaan antara pekerja (orang musyrik) dan pemberi kerja (Rasul saw) dengan imbalan upah tertentu dan jasa tertentu yaitu jasa penunjuk jalan ke Yastrib. Jika ini dikatakan koalisi, maka koalisi untuk membangun apa? Kok seorang musyrik yang sendiri dan tidak memiliki kekuatan diajak koalisi. Kalo mau koalisi mestinya dengan pembesar2 kaum Quraisy, Bani Amr bin Sha'sha'ah atau yang lainnya. Kenyataannya Rasul menolak semua itu, bahkan Abu Bakar dan Umar juga keluar dari Darun Nadwah, tempatnya orang2 musyrik bermusyawarah untuk mengambil pendapat. Tatkala datang tawaran kekuasaan dari orang2 Quraisy maka Rasul saw pun menolaknya. (untuk lebih detailnya silahkan membaca kembali kitab sirah Nabi saw bab Hijrah, bab awal2 Islam, bab2 perjuangan Rasul saw sebelum hijrah)

2. Perjanjian Hudaibiyah juga tidak dapat dijadikan hujjah untuk berkoalisi. Perjanjian Hudaibiyah merupakan perjanjian antara Rasul saw selaku amir kaum muslimin dan Suhail bin Amr selaku duta yang diutus untuk mewakili kaum Quraisy untuk tidak saling menyerang selama 10 th (gencatan senjata). Bukannya Rasul saw berkolaborasi dengan mereka, hal ini semakin jelas ketika Rasul saw membuat surat2 dan mengirim utusan2 untuk menyebarkan Islam.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah partai2 Islam yang berkoalisi melakukan hal serupa dengan Rasul saw.? Kenyataannya tidak. Mereka malah justruk asyik dan enjoy dalam permainan untuk menetapkan hukum2 Jahiliyah.

Perbedaan yang mencolok jelas adalah bahwa Rasul saw dibimbing oleh Alloh swt dalam kasus perjanjian Hudaibiyah ini, hal ini terlihat jelas dari percakapan antara Rasul saw dengan Umar bin Khattab dan juga antara Umar bin Khattab dengan Abu Bakar, diantaranya :

Umar ra : "Lalu mengapa kita merendahkan agama kita dan kembali (maksudnya tidak ke Mekah saat itu juga), padahal Alloh swt belum lagi membuat keputusan antara kita dan mereka?"

Rasul saw : '"Wahai Ibnul Khathab, aku adalah Rasul Alloh dan aku tidak akan mendurhakai Nya. Dia adalah penolongku dan sekali-kali tidak akan menelantarkanku"

Kemudian Umar mendatangi Abu Bakar dan Abu Bakar berkata kepada Umar : "Patuhlah kepada perintah dan larangan beliau sampai engkau meninggal dunia. Demi Alloh beliau berada di atas kebenaran". Kemudian turunlah firman Alloh swt : "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata (QS al fath : 1).

Sebelumnya Alloh swt juga telah menurunkan firman Nya tatkala terjadi bai'at ridwan, beberapa hari sebelum terjadinya perjanjian hudaibiyah di hudaibiyah juga : "Sesungguhnya Alloh telah ridho terhadap orang-2 Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon (QS al fath : 18) (untuk lebih detailnya silahkan membaca kembali kitab sirah Nabi saw bab Perjanjian Hudaibiyah)

Pertanyannya adalah apakah anggota majlis syura dan petinggi2 partai2 Islam sekarang ini mendapatkan wahyu dari Alloh untuk koalisi dengan partai dan capres sekuler? TIDAK, Demi Alloh. Karena wahyu telah terputus setelah wafatnya Rasul saw sebagai penutup dari para Nabi.

3. Musyarokah yang dilakukan/terjadi pada masa Nabi2 sebelum Rasul saw tidak tepat di jadikan hujjah koalisi. Mengapa ? Karena kita adalah umatnya Nabi Muhammad saw, sehingga Beliau saw lah yang harus kita jadikan rujukan. Nash2 syara' mengharuskan kita tunduk dan taat kepada Beliau saw, di antaranya :

a. "Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya yaitu kitab2 (yang diturunkan sebelum al Quran) dan yang menghapus kitab2 yang lain itu" (QS al maidah [5] : 48). Frasa : Muhayminan alayhi dalam ayat tersebut adalah musaythiran (menundukkan) dan mushallithan (menguasai). Penguasaan al Quran terhadap kitab2 terdahulu artinya menghapus (nasakh) syariat2 sebelumnya. Dengan kata lain al Quran membenarkan keberadaan kitab2 terdahulu sekaligus menasakh-nya.

b. Diriwayatkan hadits dari Rasul saw bahwasanya beliau saw melihat Umar bin Khattab membawa selembar kertas Taurat yang sedang dibacanya, maka beliau saw murka seraya bersabda : "Tidakkah aku datang dengan membawa kertas putih bersih (maksudnya adalah al Quran), seandainya saudaraku Musa melihatku, tentu dia tidak akan berbuat apa-apa selain mengikutiku" (HR Imam Ahmad, Ibnu Syaibah dan al Bazzar).

Hadits ini secara tegas menjelaskan larangan untuk membaca syariat-2 terdahulu. Kalau membaca saja Rasul saw murka apalagi mengamalkannya!

c. Hadits Nabi saw : " Saya diberi lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang Nabi pun (1) saya diberi kemenangan dengan rasa gentar sepanjang jauh perjalanan sebulan, (2) bumi telah dijadikan masjid dan suci untukku, sehingga dimanapun diantara umatku menemui waktu sholat, hendaknya dia sholat, (3) ghanimah telah dihalalkan kepadaku, tetapi tidak dihalalkan kepada siapapun sebelumku, (4) saya diberi hak memberi syafaat, (5) nabi telah diutus untuk kaumnya secara khusus, sementara saya diutus kepada seluruh umat manusia. (HR Bukhari dari Jabir bin Abdillah)

Hadits ini mejelaskan, bahwa setiap Nabi sebelum Nabi Muhammad saw hanya diutus kepada kaumnya, sehingga ummat yang lain tidak terikat dengan syariatnya. Mereka juga tidak diutus kepada kita, sehingga syariat mereka juga bukan merupakan syariat kita.

(untuk lebih detail bisa dibaca dalam kitab2 Ushul Fiqih yang ditulis oleh para ulama2 salafus sholeh pada bab Dalil Syara')

Sehingga jika ada orang yang menggunakan dalil2 dari nabi2 terdahulu, menurut saya orang ini salah lahir. Harusnya lahirnya dulu, ratusan tahun sebelum masehi. Menjadi umat dari nabi yang bersangkutan. Tapi ingat! Yang bisa memberi syafaat itu hanya Nabi Muhammad saw (berdasarkan haditsh dari Bukhari di atas). Kalo mau jadi umatnya nabi yang terdahulu ya jangan berharap dapat syafaat dari beliau saw.

Tentang bayan yang dikeluarkan PKS juga harus kita kritisi, kesepakatan politik apa yang dibuat dengan mitra koalisinya? Bukankah selama lima tahun terakhir ini mitra koalisinya tidak memperjuangkan penegakan syariat Islam? Wong mengeluarkan KEPRES untuk membubarkan AHMADIYAH saja sampai sekarang tidak berani!

Ya Alloh ya robb, tundukkanlah hati dan akal kami untuk bisa memahami firman-firman Mu dan juga sunnah-sunnah nabi Mu, dan ringankanlah tangan-tangan dan kaki-kaki kami untuk bisa mengamalkan firman-firman Mu dan juga sunnah-sunnah nabi Mu.[tarbiyah-bukan-pks.blogspot.com, judul asli: "Muhasabah Politik"]

Wallohu a'lam bi shawab

Saudaramu, imam

Photobucket

catatan-catatan

Video Streaming HTI

Kitab-kitab Gratis

Photobucket