gravatar

MUI Kutip Ucapan Mantan Kepala Intelijen: NII KW9, Buatan Intelijen!

Apakah ada relasi antara kelompok yang bernama Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW9) dengan Mahad Az Zaytun di Indramayu? Untuk mendapat jawabannya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat pun melakukan investigasi.

Disamping menemukan kaitannya, MUI pun mendapat pengakuan dari mantan kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional (Bakin, sekarang Badan Intelijen Nasional/BIN) bahwa badan intelijen negara era Soeharto telah melakukan Operasi Khusus (Opsus) untuk pembusukan NII dengan membuat NII KW9 yang menyimpang jauh dari NII asli.

Hal itu diungkap Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat H Aminuddin Yaqub dalam acara talkshow Halqah Islam dan Peradaban (HIP) ke-30, Selasa (10/5) siang di Wisma Antara, Jakarta.

Pada Maret 2002, MUI membentuk tim investigasi yang diketuai KH Makruf Amin untuk menjawab pertanyaan: (1) apa dan bagaimana sistem pendidikan di Az Zaytun? (2) apa dan bagaimana NII itu? dan (3) apakah ada relasi antara NII dan Az Zaytun?

Untuk menjawab pertanyaan nomor satu relatif mudah. “Saya menginap delapan hari tujuh malam di Az Zaytun,” ujar Aminuddin yang saat itu menjadi sekretaris tim investagasi MUI. “Belum kita temukan aktivitas penyimpangan. Santri tetap shalat. Silabinya pun berupa silabi gabungan dari Depag, Diknas, dan Gontor,” ujarnya.

Untuk menjawab pertanyaan nomor dua, relatif sulit dan ini pula yang menyebabkan penelitian berlangsung lama hingga baru selesai delapan bulan kemudian. “NII ini sangat kompleks, kita kaji dan datangi korban-korbannya sampai ke Jakarta, Banten bahkan Gorontalo!” ujarnya.

Dari hasil penelusuran itu dapat disimpulkan dua hal. Pertama, ada NII asli yang didirikan SM Kartosoewirjo pada tahun 1949 dan ada NII palsu alias NII KW9 yang menyimpang jauh dari NII Kartosoewirjo apalagi ajaran Islam lantaran menganggap shalat tidak wajib, serta melakukan pencurian, penipuan bahkan pelacuran untuk mendapatkan sejumlah uang untuk disetorkan kepada ‘negara’ NII KW9.

NII Kartosoewirjo tidak bisa dikatakan sesat karena tidak ada ajarannya yang menyimpang dari Islam, hanya saja NII Kartosoewirjo berbeda visi politiknya dengan pemerintah sehingga dilarang. “NII Kartosoewirjo murni politik untuk menengakkan syariah Islam, dari sudut pandang agama, kita tidak melihat ada penyimpangan,” ujarnya.

Bagaimana dengan jawaban atas pertanyaan nomor tiga? Menurutnya ternyata ada tiga relasi yang sangat signifikan antara Az Zaytun dan NII KW9.

Pertama, dari aspek historis. Az Zaytun lahir tidak lepas dari NII KW9. Apakah NII KW9 bermetamorfosa jadi Az Zaytun? Untuk mendapat jawabannya, MUI pun menghubungi Abu Toto (pimpinan NII KW9) alias Panji Gumilang (Pimpinan Az Zaytun). “Saya komfirmasi ke Abu Toto tapi Abu Toto tidak mau diwawancarai,” ujarnya.

Kedua, relasi kepemimpinan. Ternyata pemimpin dan petinggi Az Zaytun dengan NII KW9 sama. “Mulai dari Panji Gumilang, eksponen Yayasan Pesantren Indonesia, sampai para gurunya ternyata adalah anggota NII KW9!” ujarnya.

Ketiga, ada aliran dana yang sangat relevan. “Yakni adanya haraqah muharam alias adanya setoran dana dari ‘camat’ dan ‘gubernur’ NII KW9 di Az Zaytun,” tegasnya.

Dalam investigasi itu,MUI pun tidak lupa mengundang mantan Ketua Bakin ZA Maulani untuk pendalaman karena MUI mensinyalir kasus ini ada campur tangan intelijen negara. Menurutnya, mantan kepala intelijen negara era BJ Habibie itu tidak membantah dugaan itu bahkan ZA Maulani pun dengan tegas menyatakan bahwa NII KW9 merupakan Operasi Khusus (Opsus) Defeksi (pembusukan dari dalam) yang dipimpin wakil ketua Bakin saat itu Ali Moertopo.

“Almarhum ZA Maulani dengan tegas menyatakan bahwa NII merupakan defeksi pada masa Ali Moertopo,” ujarnya. Kemudian pada 2003, MUI pun menyerahkan temuannya kepada Mabes Polri untuk ditindaklanjuti.

“Saya menghadap Dada Rosada, Kabes Intelkam Mabes Polri, semua database saya serahkan,” ujarnya. Namun sayangnya temuan tersebut tidak ditindaklanjuti secara serius oleh Polri.

Lelaki yang konsern menangani korban NII KW9 ini pun merasa kecewa dan menganggap pemerintah telah bertindak dzalim. “Saya konsern ke korban yang terjebak NII KW9, pembiaran terhadap itu merupakan kedzaliman yang luar biasa dari pemerintah,” sesalnya.

Mantan ‘camat’ di NII KW9 Imam Shalahuddin dan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto hadir pula sebagai pembicara dalam acara yang digelar sebulan sekali oleh HTI tersebut.

Dalam talkshow yang bertema Teror NII, Kriminalisasi Perjuangan Islam (Membongkar Skenario Jahat di Balik Isu NII) Ismail menegaskan, merebaknya kembali isu NII merupakan politik monsterisasi yang dilakukan pemerintah karena kekalahan intelektual untuk menghadang semakin kuatnya keinginan masyarakat untuk hidup dalam negara yang menerapkan syariah Islam kaffah yang sering disebut sebagai negara Islam, daulah Islam atau khilafah.

Akibat dari politik monsterisasi ini sangat berbahaya karena orang jadi takut bergabung dengan kelompok dakwah yang berjuang diberlakukannya syariah Islam secara kaffah oleh negara karena takut terjebak NII KW9.

Lebih parahnya lagi korban politik monsterisasi ini tidak lagi berfikir secara rasional atau pun logis. Buktinya, si korban meyakini Islam itu bagus, buktinya, mereka ingin membangun keluarga Islam, anaknya pun disekolahkan di sekolah Islam, ekonominya pun ingin ekonomi Islam. Tapi ketika menyebut negara Islam, jadi takut.

“Mestinya kita juga percaya bahwa negara Islam itu bagus. Jadi mengapa bisa giliran negara Islam, itu kok jelek? jadi tidak logis, orang kok tiba-tiba tidak mau negara Islam?” pungkasnya retorik.[joko prasetyo/mediaumat.com]

Photobucket

catatan-catatan

Video Streaming HTI

Kitab-kitab Gratis

Photobucket