gravatar

Inilah Lambang(madaniyah) yang mengandung Hadhoroh Kufur di Microsoft Office

Sedikit penjelasan tentang apa itu HADHOROH dan MADANIYAH

HADHARAH

Tak bisa dipungkiri, setiap tingkah laku atau perbuatan manusia, tentu tidak akan lepas dari pengaruh pemahaman yang ada dalam pikirannya. Tidak akan lepas dari persepsi “aturan” yang dipahaminya.

Contoh sederhana: Anda mencintai seseorang yang bernama A, sedangkan di saat yang sama Anda membenci orang B. Maka persepsi Anda terhadap orang yang Anda cintai (A) akan membentuk perilaku Anda terhadap orang tersebut. Sebaliknya, perilaku Anda tadi akan berlawanan dengan orang yang Anda benci (B) karena Anda mempunyai persepsi kebencian terhadapnya. Ingat, persepsi.

Sekarang mari kita singkap lebih jelas tentang Hadharah. Sederhananya, Hadharah dibagi menjadi dua macam: Hadharah Islam, dan Hadharah Kufur. Dua Hadharah ini bertentangan satu sama lain. Kita bisa merasakan perbedaannya. Definisi kebahagiaan menurut islam dengan kebahagiaan menurut pemahaman Barat (kufur) jelas berbeda. Begitu pun dengan definisi kesuksesan yang hakiki, kekayaan yang hakiki, dan sebagainya. Terlebih juga aturan yang berlaku diantara keduanya. Sekali lagi, persepsi.

Hadharah islam berdiri di atas dasar Iman kepada Allah SWT, dan bahwasanya Dia telah menjadikan alam semesta, manusia, dan kehidupan ini suatu aturan yang masing-masing harus mematuhinya. Dengan kata lain, Hadharah Islam ini berdiri di atas dasar Aqidah Islam yang membawa konsekuensi bagi kita untuk tunduk dan taat terhadap suluruh aturan atau Syariat-Nya.

Nah, dengan persepsi pemahaman Hadharah islam ini, maka segala yang kita lakukan haruslah merujuk pada aturan yang diberikan oleh Allah SWT, itulah Syariat Islam. Mulai dari ibadah Mahdhoh (ritualitas) seperti Sholat, Puasa, Haji, dan sebagainya, hingga Ibadah Ghairu Mahdhoh dalam hal mu’amalah pergaulan laki-laki perempuan, cara berpakaian, sampai dalam hal hukum pemerintahan. Karena jelas di dalam Islam telah diajarkan pemahaman bahwa dalam hal apapun, sekecil apapun, seluruhnya tak luput dari jangkauan Aturan Islam. Dengan demikian, Hadharah Islam ini berlandaskan pada asas yang memperhatikan ruh (yaitu hubungan manusia dengan Pencipta), atau melandaskan semua perbuatan pada motivasi spiritual.

Namun bagaimana dengan Hadharah Kufur(hadhoroh selain Islam)? Hadharah ini dibangun berdasarkan pemisahan antara Agama dan kehidupan (sekularisme), disamping ada juga yang sama sekali meniadakan Agama (Atheisme). dan ada pula berupa agama-agama atau keyakinan lain diluar Islam.

Sekularisme, pemikiran “impor” ini yang sekarang marak menjangkiti banyak manusia di muka bumi, tak terkecuali orang-orang muslim sendiri. Oleh karena itu jangan heran ketika dalam Majlis Dzikir banyak orang sampai nangis-nangis, tapi ketika kembali kepada kehidupan umum kemenong-menong urusan Agama menjadi nomor 17 setelah nomor 16-nya puyer! Saat berada di barisan Shaf Sholat berjejer laki-laki sendiri dan perempuan sendiri, tapi di taman kota, di kampus, dan di tempat-tempat lainnya tanpa tedeng aling-aling haha-hihi Khalwat (berdua-duaan) dan Ikhtilat (campur baur laki-perempuan) secara berjamaah. Di saat Sholat seluruh badan tidak tampak kecuali wilayah tertentu, tapi keluar Masjid berevolusi berpakaian ala kesebelasan sundel bolong alias you can see. Di saat berdiri untuk Khotbah Jumat menyerukan harus taat seluruhnya kepada Syariat, tapi di saat Upacara bendera berseru kita harus patuh kepada UUD 45 karena kita bukan Negara Syariat! Hah? Bagaimana ini?

Lalu kita mengenal ideologi Kapitalisme, yang menjadi Raja dari Permaisuri Sekulerisme. Ideologi ini terkesan kurang waras karena wataknya yang serakah. Astaghfirullah... maaf, kok terlalu kasar jika saya katakan kurang waras, lebih lembutnya mungkin seperti anak kecil yang masih ingusan. Ya maksudnya dia juga serakah karena kalau diberikan mainan, tanpa mau berbagi dengan teman sepermainannya. Saudara penulis, tidakkah itu masih terlalu kasar? Maaf-maaf saja, kali ini saya benar-benar kehabisan stock istilah yang lebih feminin untuk sebuah Ideologi Kapitalisme. Betapa tidak, Ideologi ini yang dipikirkan hanya bagaimana caranya agar mereka kaya raya. Mereka hanya berpikir bagaimana caranya meraih manfaat duniawi. Persetan dengan aturan, bullshit apa itu Syariat Islam, selagi korupsi itu menjanjikan, selagi riba itu menguntungkan, selagi menipu itu memuaskan, ya sudah, sikat!

Kemudian Pluralisme. Paham menyamakan semua golongan dan Agama. Pada mulanya niatnya memang terkesan “baik”, untuk tujuan kerukunan golongan dan Agama. Tapi di sisi lain paham ini tampak terlalu “memaksa” dengan logika yang gegabah lagi salah kaprah. Akibatnya, serta merta dari mulai Agama Islam, Kristen, Budha, Konghucu, Sinto, dan sebagainya, kesimpulannya semua adalah sama! Sama-sama jalan menuju kebenaran, sama-sama jalan menuju Tuhan, dan sama-sama akan memperoleh keselamatan. Semuanya benar, tidak ada yang salah, katanya. Kita sebagai seorang Muslim yang telah bersyahadat pun diharuskan mengakui Agama yang lain juga benar. Padahal kalau hanya untuk tujuan kerukunan tak perlu dengan logika yang jungkir balik begitu. Katakanlah orang Kristen mengaku benar dengan Agamanya dan menyalahkan Agama yang lainnya, silakan. Biarlah orang Kristen berkeyakinan bahwa mereka akan masuk Surganya Kristen dan kita kaum Muslim akan masuk Nerakanya Kristen, No problem. Tapi sebaliknya biarlah kita kaum Muslim berkeyakinan akan masuk Surganya Islam, sementara orang-orang Kristen akan masuk Nerakanya Islam. Beres!

Liberalisme. Kalau boleh saya umpamakan, liberalisme ini seperti anak ingusan yang dandanannya awut-awutan, suka mangkal di perempatan lampu stop-an, jarang mau disuruh pulang, malah ikut-ikutan anggota Punk jalanan. Bebas, ngawur tur ngelantur. Liberalisme dalam Negara bisa kita lihat contohnya berupa Privatisasi Sumber Daya Alam (SDA), menjual kekayaan alam secara ugal-ugalan. Sedangkan Liberalisme dalam Agama, tidak usah jauh-jauh, IAIN! (Yang tidak terima silakan protes ke saya.). Satu contoh seorang pengusung Liberalisme Agama adalah Nasr Hamid Abu Zayd, seorang intelektual asal Mesir yang divonis murtad oleh Mahkamah al-sti’naf Cairo akibat pemikirannya yang terlempar jauh dari Islam. Padahal sebelumnya ia mengajukan Promosi untuk menjadi Guru Besar di Fakultas Sastra Universitas Cairo, namun promosinya ditolak karena karya-karyanya dinilai kurang bermutu bahkan menyimpang karena isinya meremehkan Al-Quran dengan mengatakannya sebagai produk budaya (muntaj tsaqofi), mengingkari otentisitas Sunnah Rasulullah SAW, dan menghina Ulama Salaf. Maka atas dasar penilaian itu Abu Zayd dinyatakan tidak layak menjadi Profesor. Nah, karena vonis murtad yang disematkan kepadanya membuat Mesir mendadak heboh karena berita ini cepat tersebar luas, akhirnya Abu Zayd terbirit-birit ke Madrid-Spanyol meminta perlindungan sebelum akhirnya menetap di Leiden, Belanda. Menariknya, kalau di Mesir ia dikafirkan, di Belanda justru ia mendapat sambutan hangat dan diperlakukan istimewa. Ia langsung direkrut sebagai Dosen di negara tempat kelahiran Kiper nyentrik Van Der Sar, tepatnya di Rijksuniversiteit Leiden.

SIPILIS: Sekularisme, Pluralisme, dan liberalisme, telah selesai kita bahas singkat. Lalu apa lagi? Masih banyak! Sosialisme (Atheis), permisifme, hedonisme, paham Gender dan sebagainya. Cukup hanya itu yang saya sebutkan sebagai contoh, saya pilih yang seringkali terdengar saja. Toh di sini kita tidak usah banyak-banyak contoh, yang penting kan Anda sudah faham definisi dan pembagian Hadharah ini. Intinya, yang halal dan yang wajib kita adopsi dan kita yakini adalah Hadharah yang bermuara pada Islam, sedangkan Hadharah yang berasal dari Barat (kufur), kamu punya kata apa untuk dia? Haram? Najis? Jijik? Ah, itu terserah Anda. Bagi saya cukup haram, sudah.

MADANIYAH

Telah kita pahami sebelumnya, bahwa madaniyah adalah bentuk-bentuk fisik dari benda-benda yang terindera yang digunakan dalam aspek kehidupan. Nah, langsung saja sekarang menginjak pada pembagiannya, pembagian Madaniyah: Madaniyah Amm (umum), dan Madaniyah Khas (khusus).

Madaniyah Amm, adalah bentuk fisik suatu benda yang tidak ada unsur Hadharah tertentu. Seperti hasil Sains dan Teknologi, produk makanan-minuman, atau apalah yang semisal dengannya. Selagi tidak ada unsur Hadharah tertentu (Kufur) maka boleh kita gunakan dan kita konsumsi. Seperti Komputer, Facebook, Pizza, bahkan Coca-cola.

Madaniyah Khas, adalah bentuk fisik suatu benda yang di dalamnya terdapat unsur Hadharah tertentu. Nah, inilah yang sebenarnya menjadi poin dari gambar yang saya posting diatas, 3 lambang diatas adalah termasuk madaniyah Khas yang mengandung unsur Hadhoroh Kufur (lambang yahudi, sinter claus, dan budha).

dari contoh gambar diatas, itulah yang disebut dengan Madaniyah Khas. yakni suatu benda yang mempunyai nilai Hadharah tertentu (Kufur).

Lalu bagaimana jika seseorang mengadopsi Hadharah Kufur untuk kemudian dipoles dengan Islam? Seperti halnya mengadopsi Ritual Hindu yang oleh orang islam diganti bacaan-bacaannya dengan bacaan yang Islami. Dalam hal ini sebenarnya masuk dalam Bab Bid’ah, namun saya akan memfokuskan pada pembahasan Hadharahnya.

Renungkanlah Hadits berikut, “Man tasyabbaha bi Qaumin fahuwa minhum (Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka termasuk dalam golongan mereka)” (Sunan Abi Dawud no.4031).

3 lambang adalah lambang yang mengandung hadhoroh kufur. Jika Kaum Muslim memakai gambar tersebut maka secara otomatis hukumnya adalah Haram. Bahkan jika kita merujuk pada Hadits diatas, Rasulullah SAW menyebut orang yang menyerupai perilaku suatu kaum maka termasuk dalam golongan kaum tersebut. Na’udzubillahi min dzalik. wallohu a'lam bisshowab.(miaubook.blogspot.com, 8 april 2011)

Photobucket

catatan-catatan

Video Streaming HTI

Kitab-kitab Gratis

Photobucket