gravatar

Apakah MS benar-benar pelaku atau orang yang dikorbankan dalam keadaan tersandera pada misi pemboman masjid itu?

Tanda tanya besar terus menggelanyut di benak Sri Maliha (26 tahun), istri M Syarif (MS) -- yang tengah ramai dicitrakan sebagai pelaku bom bunuh diri di Masjid Az’Zikra, Markas Polres Cirebon, Jawa Barat, Jumat pekan lalu. Bukti keras memang menunjukkan, jasad MS ditemukan sebagai pria yang ‘’meledakkan diri’’ dan langsung tewas di lokasi kejadian.

Tapi, sebegitu jauhkah suaminya bertindak keji di Rumah Allah? ‘’Saya masih syok dan tidak percaya bahwa pelaku bom bunuh diri itu suami saya,’’ ujar perempuan yang sedang hamil sembilan bulan itu.

Wajahnya pun tampak pucat dan mata berkaca-kaca saat ditemui wartawan di rumah orang tuanya, Blok Senin, Desa Panjalin Kudul, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Sabtu pekan lalu.

Sri menceritakan, suaminya terakhir kali pulang ke rumah pada 2 April lalu dengan menunggang Yamaha Mio warna hitam. Sepeda motor tersebut diakui MS milik temannya.

Menurut Sri, saat kembali pergi meninggalkan rumah pada 3 April, suaminya hanya membawa dua stel pakaian di dalam tas warna hitam serta sejumlah uang. Namun, MS tidak mengatakan akan pergi ke mana dan sampai kapan. Ia hanya berjanji akan pulang jika anak mereka lahir.

‘’Mas Syarif juga berpesan agar saya menjaga diri dan kandungan dengan baik,’’ kata Sri.

Namun, janji pulang saat istrinya melahirkan, tidak akan pernah ditepati MS. Dia tewas dengan tuduhan tak terperikan: pelaku bom bunuh diri di Masjid Az Zikra Mapolresta Cirebon, saat para anggota kepolisian hendak menunaikan Shalat Jumat. Dalam peristiwa itu, 30 orang terluka, termasuk Kapolresta Cirebon, AKBP Herukoco.

Sri mengenal suaminya sebagai sosok laki-laki pendiam, pekerja keras, dan bertanggung jawab. Dia pun menilai aktivitas ibadah suaminya biasa-biasa saja, hanya sebatas taat shalat wajib lima waktu.

Hal senada diungkapkan ibu kandung Sri, Hj Warini. Dia menjelaskan, menantunya tersebut selama ini tidak pernah menunjukkan perilaku yang mencurigakan. ‘’Saya  sangat terkejut saat dia dikabarkan menjadi pelaku bom bunuh diri Cirebon,’’ katanya.

Awal perkenalan

Sri menuturkan, pertama kali mengenal MS melalui layanan pesat singkat (SMS) pada 2010. Tiba-tiba SMS itu masuk ke telepon selulernya dan  mengajak berkenalan. Kala itu Sri masih menjadi guru Taman Kanak-kanak (TK) Al Barokah, Cirebon.

Perkenalan itupun berlanjut pada hubungan yang lebih serius. Lima bulan kemudian, tepatnya 8 Agustus 2010, Sri dan Syarif akhirnya menikah. Yang menjadi wali pernikahan mereka adalah kakak kandung Sri yang bernama Agus. Pasalnya, ayah Sri, H Syarif, telah lama meninggal dunia.

Beberapa hari setelah menikah, pasangan pengantin baru itupun memutuskan untuk tinggal di sebuah rumah kontrakan di daerah Kedawung, Kabupaten Cirebon. Namun, karena Sri langsung hamil, mereka memilih pindah ke rumah orang tua Sri di Majalengka. Sri pun berhenti dari pekerjaannya sebagai guru TK.

Sementara MS, terpaksa harus bolak-balik Majalengka-Cirebon. Pasalnya, selama ini Syarif bekerja sebagai tenaga desain grafis. ‘’Tapi itupun tidak tetap. Dia baru bekerja jika ada pesanan spanduk atau baliho. Karena itu, penghasilannya juga tidak tetap,’’ tutur Sri.

Dia menambahkan, suaminya juga pernah bekerja di sebuah perusahaan percetakan foto di PGC Cirebon. Namun karena kios tempat suaminya mengalami kebakaran, pekerjaan tersebut hanya sempat dijalani selama beberapa hari.

Perempuan yang lulus dari Jurusan Bahasa Inggris Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Cirebon itu mengatakan, jam kepulangan suaminya tidak pasti setiap harinya, bisa siang, sore, ataupun malam. Jikapun ada pekerjaan yang belum selesai, maka MS akan menginap di rumah mertuanya di Kota Cirebon selama satu sampai dua malam.

‘’Kalau pulang menginap dari rumah ibunya di Cirebon, yang dia ceritakan paling mengenai ibunya yang suka bikin kue. Kue itu kemudian dibawanya ke sini,’’ ujar Sri.

Sri mengungkapkan, suaminya selama ini tidak pernah menceritakan aktivitas yang dijalaninya di luar rumah. Karenanya, dia tidak tahu siapa saja teman-teman MS ataupun kelompok organisasi yang diikutinya. Selain itu, dia juga tidak pernah melihat buku-buku agama yang //nyeleneh// ataupun hal-hal aneh dalam komputer milik suaminya.

Di tengah kebingungan keluarga MS yang menggunung, hari-hari ini rumah bercat warna kemerahan di Blok Senin, milik orang tua Sri, menjadi obyek tontonan masyarakat dan target utama peliputan  media. Aparat pun bertebaran, dan Densus 88/Antiteror datang melakukan penggeledahan.

Masyarakat setempat sangat terkejut mengetahui tetangga mereka nekat melakukan pemboman di dalam masjid. Namun, orang awam seperti mereka pun punya pertanyaan besar: Apakah MS benar-benar pelaku atau orang yang dikorbankan dalam keadaan tersandera pada misi pemboman masjid itu? (republika.co.id, Selasa, 19 April 2011, judul Asli: "Pertanyaan Besar Buat MS")

nb: lalu siapakah otak sebenarnya dibalik Bom Masjid tsb?

Photobucket

catatan-catatan

Video Streaming HTI

Kitab-kitab Gratis

Photobucket